Kamis, 09 Januari 2014

BUDAYA MUDIK DI INDONESIA



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Budi Siswanto selaku Dosen mata kuliah Softskill yang telah memberikan tugas ini kepada saya dan teman-teman sekelas saya (Kelas 1ID11). Tugas kali ini yaitu membuat makalah yang berkaitan dengan “Budaya Mudik di Indonesia”.
     
Saya berharap makalah yang saya buat ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini masih banyak kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Maka dari itu sebelumnya saya mohon maaf apabila dalam makalah yang saya buat ini terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.






Budaya Mudik di Indonesia


            Berbicara mengenai “Budaya Mudik di Indonesia” , hal tersebut identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran/Hari Raya Idul Fitri. Tujuan dari mudik tersebut yaitu tentu saja untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga dan sanak saudara di kampung halaman tercinta . Menurut pendapat saya tradisi mudik ini tentu saja sangat menyenangkan, mengapa saya beranggapan bahwa mudik itu sesuatu hal yang sangat menyenangkan? karena tradisi mudik ini, kita bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga besar kita yang dihiasi dengan nikmatnya hari kemenangan. Selain itu mudik juga bisa jadi refreshing bagi kita untuk melepaskan penat selama kita beraktifitas di kota, karena suasana perkotaan identik dengan kegaduhan, kebisingan, kemacetan, polusi udara dan lain-lain khususnya ibukota DKI. JAKARTA. Budaya mudik yang ada di Indonesia tersebut terjadi karena terpusatnya kegiatan kehidupan di kota dan melemahnya fungsi kehidupan di desa. Fungsi-fungsi kota di daerah tidak diberdayakan secara optimal sehingga orang-orang lebih memilih untuk memburu kehidupan dan mencari pekerjaan di kota-kota besar dan juga tidak meratanya pembangunan infrastruktur yang ada dikota dengan didaerah membuat orang mencari tempat hidup yang lebih baik.




Asal Mula kata “MUDIK”

Darimanakah asal mula terciptanya kata “mudik  ?

Berdasarkan sumber-sumber yang saya dapat, asal mula terciptanya kata “mudik” tersebut yaitu sebagai berikut :

*  Dari sumber pertama yang saya dapat, ada yang bilang bahwa “mudik” itu berasal dari bahasa Jawa “Mulih Disik” yang artinya pulang dulu. Pernyataan ini dapat dikatakan benar karena jika pulang kampung rata-rata orang mengarah ke arah Jawa.

*  Dari sumber kedua yang saya dapat, ada yang bilang bahwa kata “mudik” pertama kali digunakan oleh Kaum Urban yang berada di Sunda Kelapa. Bagi mereka, kata "mudik" merupakan singkatan dari "Menuju Udik" yang artinya menuju kampung.

*  Dan sumber terakhir yang saya dapat, yaitu berasal dari orang Betawi
Orang Betawi mengatakan bahwa mudik artinya selatan, mudik merupakan lawan dari kata "Melir". Melir itu merupakan kata turunan dari kata "Belilir" yang artinya Utara. Mengapa utara? Karena orang Betawi dulu menganggap bahwa tempat bekerja paling diincar orang adalah bagian utara Jakarta.
Setiap sekian bulan sekali para pekerja ini kembali ke kampung masing-masing untuk memanen uang yang mereka dapat di utara. Nah, pada saat seperti ini, biasanya orang berbondong-bondong bergerak ke arah selatan. Dan mereka berkata bahwa kegiatan kembali ke kampung itu namanya "mudik" karena mereka berbondong-bondong ke arah mudik (selatan).

Mungkin seperti itulah asal mula terciptanya kata “mudik” menurut sumber-sumber yang saya dapat.


         
          Tradisi mudik ini tentu saja mempunyai banyak dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif, tanpa kita sadari tradisi mudik ini lebih banyak berdampak ke sisi negatifnya. Adapun berbagai dampak yang dapat terjadi saat kita dalam perjalanan mudik yaitu sebagai berikut :

·       Dampak positif dari tradisi mudik yaitu dapat menjalin silahturahmi dengan keluarga dan saudara-saudara kita yang jarang kita temui . Dampak positif lainya dari aspek ekonomi, yaitu masuknya devisa dari luar negeri dalam jumlah yang cukup besar dari TKI di luar negeri yang hijrah kembali ke kampung halamannya masing-masing. Di samping itu juga makin luasnya peredaran uang dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan sehingga menambah semarak di desa-desa.


·       Sedangkan dampak negatif dari tradisi mudik  yaitu sering terjadi kemacetan di saat musimnya tradisi mudik karena banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, sampai-sampai banyak kecelakaan saat musim mudik. Paling banyak korban menggunakan sepeda motor, hal ini sering terjadi karena faktor sang pengemudi kelelahan/mengantuk atau pun terlalu banyak muatan yang di bawa saat berkendara. Dan dampak dari sisi sosiologinya adalah mudik sebagai sarana untuk Urbanisasi, karena mereka yang dari daerah berasumsi bahwa di kota besar mereka akan mudah mendapatkan perkerjaan. Hal ini menimbulkan tidak meratanya pembangunan, karena hanya terkonsentrasi ke kota-kota besar saja.  


          Tidak hanya itu, bagi pemudik biasanya membawa pulang sejumlah uang dan barang sebagai hasil jerih payahnya selama di perantauan ( di kota ). Pemudik yang baik, biasanya tidak membawa pulang uang dan barang hasil jerih payahnya untuk keluarga utamanya saja, tetapi juga dia berbagi untuk keluarga dekat, tetangga maupun teman karibnya dan seterusnya. Biasanya malah mengadakan suatu acara, yaitu sebagai bentuk rasa syukur nikmat dan bersedekah dengan lebih luas dan merata kepada keluarga, sanak saudara dan juga kepada tetangga sekitar. Semua itu menjadi daya tarik dan kebanggaan sendiri bagi pemudik.


Dari sisi lain lagi, dapat dilihat bahwa tradisi mudik itu sebagai upaya menyambung dan mempererat hubungan silaturrahim. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu, tidak kumpul-kumpul bersama dan tidak melakukan tukar pikiran bersama-sama, maka dengan tradisi mudik ini tali silaturrahim akan tersambung. Lebih-lebih bagi orang yang paham betul akan pentingnya bersilaturrahim, maka dari itu pilihan untuk mudik menjadi lebih bermakna dan berguna bagi kehidupan seseorang di masa yang akan datang.


Dari penjelasan di atas, sudah jelas bahwa dalam perspektif budaya,  mudik menjadi tradisi yang terus eksis dan disukai oleh masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Dengan mudik,  seseorang dapat mengaplikasikan bentuk pengabdian dan berbuat baiknya kepada orang tua, anggota keluarga, dan kerabat lainnya. Kemudian dengan mudik pula hubungan silaturrahmi yang selama ini mungkin sudah renggang, dapat terajut kembali dengan baik.

Hal terakhir yang saya ingin sampaikan untuk para pembaca makalah yang saya buat ini, apabila ingin melakukan perjalanan mudik persiapkanlah segala perlengkapan yang akan dibawa, periksalah kondisi kendaraan apabila kita ingin melakukan perjalanan mudik menggunakan kendaraan pribadi dan jangan lupa membawa peralatan/perlengkapan kendaraan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat melakukan perjalanan mudik, peralatan/perlengkapan tersebut misalnya seperti ban serep, dongkrak, tang, obeng, kunci busi dan lain-lain. Dan hal terakhir yang perlu diingat yaitu ketika kita sudah siap untuk melakukan perjalanan mudik jangan sampai lupa mengunci pintu-pintu rumah, pagar, dan juga matikan aliran listrik agar tidak terjadi konslet yang dapat mengakibatkan kebakaran.
         
          Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan saya dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Saya berharap makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi saya dan juga bagi teman-teman yang membacanya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas segala perhatiannya.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar