Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat
Pendidikan
Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan
masalah-masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan
masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas-fasilitas
sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk disuatu
kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan
penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah
dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga
memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan suatu negara tidak
dapat dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak
mengalami depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak
layakdilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah
ini bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak
meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang
cerdas adalah kunci kemajuan suatu Negara. Jika masa kanak-kanak mereka diisi
dengan hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan semakin jauh.
Penduduk merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan
lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan
pekerjaan dan penundaan kawin di usia dini.
Pengaruh dari pada dinamika penduduk
terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan
dibebrapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa
jika digabungkan dengan kemiskinan, keluargadengan jumlah anak banyak dan jarak
kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anka-anak, bicara dan
kemauannya, disamping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Pertumbuhan Penduduk dan Kesempatan Kerja
Adanya pengaruh positif
pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi di mana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat
terkait dengan tumbuh
dan berkembangnya
usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat menjadi pelaku
atau sumber daya bagi faktor produksi, pada
sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang
dihasilkan. Kondisi-kondisi kependudukan, data dan informasi kependudukan akan
sangat
berguna dalam
memperhitungkan
berapa
banyak tenaga kerja akan terserap
serta
kualifikasi
tertentu
yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa.
Dipihak lain pengetahuan tentang
struktur penduduk dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah
tertentu, akan
sangat bermanfaat dalam memperhitungkan berapa
banyak
penduduk yang dapat memanfaatkan peluang dan hasil pembangunan atau seberapa
luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu (Todaro, 2003).
Di era globalisasi
dan
perdagangan
bebas, besarnya jumlah penduduk dan kekuatan ekonomi masyarakat menjadi potensi sekaligus sasaran pembangunan sosial ekonomi, baik untuk skala nasional maupun internasional. Berdasarkan hal ini pengembangan sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan agar kualitas penduduk sebagai pelaku ekonomi dapat meningkat sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
zaman yang terus menerus berkembang.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 1990 sekitar 73,9 juta
orang dan bertambah menjadi sekitar 96,5 juta tahun 2000. Ini berarti bahwa
pertumbuhan rata-rata angkatan kerja 2,7 persen
per tahun dalam periode.
1990-2000. Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan
angkatan kerja tersebut, disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang
lebih besar dan di pihak
lain
menuntut pembinaan angkatan kerja
itu
sendiri agar mampu menghasilkan
keluaran yang
lebih tinggi sebagai prasyarat untuk
menuju tahap tinggal landas.
Pertumbuhan populasi dalam mempengaruhi output perkenomian
Untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi, model Solow harus
diperluas
agar mencakup dua sumber pertumbuhan lain yaitu pertumbuhan populasi
dan kemajuan teknologi. Sebagaimana yang
telah dijelaskan sebelumnya, investasi meningkatkan persediaan modal dan depresiasi menurunkannya. Tetapi sekarang
tedapat kekuatan ketiga yang beraksi untuk mengubah jumlah modal per pekerja : pertumbuhan jumlah pekerja yang menyebabkan modal per pekerja turun. Dengan k = K/L adalah modal per pekerja, y = Y/L adalah output per pekerja dan mensubstitukan i dengan
sf(k).
Karena
jumlah pekerja terus tumbuh
sepanjang
waktu maka perubahan persediaan modal per pekerja adalah :
∆k
= i – (δ + n)k
atau
∆k
= sf(k) – (δ + n)k
Persamaan (3.6)
menunjukkan bagaimana investasi, depreasi, dan pertumbuhan populasi
dalam mempengaruhi persediaan modal
per pekerja.
Investasi meningkatkan k,
sedangkan depresiasi dan pertumbuhan populasi
mengurangi k. Simbol (δ + n)k menunjukkan investasi pulang-pokok (break-even
investment) yaitu
jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menjaga
persediaan
modal per pekerja
tetap konstan.
Investasi pulang-pokok
mencakup
depresiasi
modal yang
ada, yang sama dengan δk. Termasuk juga mencakup jumlah investasi
yang dibutuhkan
untuk
menyediakan
modal
bagi para pekerja
baru.
Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk tujuan ini
adalah nk, karena ada pekerja baru n untuk tiap pekerja yang sudah ada, dan karena k adalah jumlah modal untuk setiap pekerja.
Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi modal per
pekerja lebih banyak daripada depresiasi.
Depresiasi mengurangi k dengan menghabiskan persediaan modal, sedangkan pertumbuhan populasi
mengurangi
k dengan menyebarkan persediaan
modal dalam jumlah yang lebih kecil di antara populasi pekerja yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar